Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menggandeng Direktorat Cyber Mabes Polri untuk menggelar diskusi panel tentang Cybersecurity in a Digital 4.0 Ecosystem. Acara ini diikuti oleh perusahaan sekuritas atau anggota bursa (AB).
Direktur Utama BEI Inarno Djayadi mengatakan, pengetahuan tentang kejahatan cyber sangat penting dimiliki oleh AB. Sebab saat ini transaksi di pasar modal sudah online secara penuh dan AB yang menyediakan sistem untuk para investor.
“Paradigma lama angkatan bersenjata tinggalkan, percuma negara besar tapi rawan cyber attack. Polisi sudah tanggap dari tahun 2002 sekarang sudah ada direktoratnya,” tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (24/1/2019).
Sementara Kepala Direktorat Cyber Mabes Polri Rachmat Wibowo mengatakan, salah satu saluran yang rawan kejahatan cyber salah satunya melalui aplikasi. Sementara saat ini kebanyakan transaksi saham sudah bisa melalui aplikasi yang dibuat oleh AB.
Dia mencontohkan ada kasus serangan cyber melalui 1 aplikasi saja sudah memakan 500 korban dan tersebar di seluruh Indonesia.
Rachmat mengatakan, untuk melawan serangan kejahatan cyber tidak cukup keluatan dari Polri saja, dibutuhkan juga pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat dan juga perusahaan.
“Ini yang perlu kita kembangkan agar masyarakat tahu cara transaksi melalui digital biar tidak ada korban. Tapi lebih banyak perusahaan yang jadi korban, dia yang menyediakan sistem tapai ada celah, itu yang jadi target,” katanya.